Pas banget beberapa hari setelah video review Medina Kefir di Skincare 101 tayang, saya juga ikutan order masker kefir untuk membantu masalah jerawat hormonal saya.
Sudah dua tahun belakangan ini kondisi kulit saya memang mood-mood-an banget. Jarang banget kulit saya mulus bebas jerawat dan bekasnya pun lamaaa banget hilangnya. Setiap begadang sedikit, kebanyakan makan yang manis-manis, atau kecapekan, pasti ada aja jerawat yang muncul. Let alone during PMS. Karena itu, ketika beberapa teman merekomendasikan @kefirspanyol, saya pun tertarik untuk nyoba.
Jujur, melihat foto before-after customer kefir Spanyol memang bikin mupeng banget sih. Yang membedakan kefir Spanyol dengan kefir-kefir lainnya adalah bibitnya yang dibawa langsung dari Spanyol oleh sang owner, WNI yang memang sudah beberapa tahun tinggal di sana. Produknya sendiri diproduksi di Indonesia dan nggak terbatas hanya dalam bentuk masker. Ada juga toner, body scrub, sabun batangan, susu untuk diminum, dan lain-lain.
Akhirnya, saya pesan paket "Pure Kefir Mask" alias kefir varian original yang diklaim cocok untuk semua jenis kulit dan pilihan paling baik untuk "memperkenalkan kulit kita pada masker kefir". Harganya cukup murah, cuma Rp70.000 aja untuk paket tujuh hari.
Pre-Kefir
Ini kondisi kulit saya sebelum memakai kefir. Totally bare-faced, cuma pakai alis :D Saat itu lagi nggak ada jerawat aktif, cuma beberapa PIH aja dari jerawat-jerawat terdahulu. Nggak mulus memang, tapi seenggaknya lagi dalam kondisi yang cukup stabil untuk dipakaikan produk baru.
During Kefir
Setelah paketnya datang, malam itu juga langsung saya pakai. Berhubung masih mencoba, sengaja nggak saya aplikasikan banyak-banyak, cuma satu lapis tipis aja sampai ke bagian leher. Pertama kali dipakai, ada sedikit rasa cekat-cekit, terutama di bagian yang ada jerawat aktif. Maskernya saya diamkan sekitar sepuluh menit sampai teksturnya berubah jadi lebih transparan dan menyatu ke kulit.
Di hari pertama dan kedua, belum ada jerawat yang muncul. Biasanya, area paling sensitif di kulit saya itu dagu dan di dekat smile lines, jadi setiap mau menstruasi, kecapekan, atau salah pakai produk, yang pertama kali jerawatan pasti di daerah itu. Setelah dua hari aman-aman aja, akhirnya surprise datang keesokan harinya!
Purging atau Breakout?
Di hari ketiga, cystic acne tiba-tiba banyak bermunculan. Besar-besar di daerah pipi bawah, rahang, bahkan sampai ke leher. Merah meradang dan nyut-nyutan luar biasa. Bekas jerawat yang tadinya sudah lebih redam pun jadi inflamed lagi :(
Awalnya saya santai, karena masker kefir selalu identik dengan purging. Ini karena ada kandungan lactic acid (AHA) dari susunya yang sifatnya mengeksfoliasi dan bisa bikin baby acne yang selama ini terpendam jadi lebih cepat keluar. Tapi begitu jerawatnya terus-terusan bertambah, saya jadi tambah was-was. Apalagi, sejak awal saya nggak tahu ingredients lengkap dari masker kefir ini. Selain kefir, susu kambing, dan olive oil, saya cuma tahu ingredient tambahannya adalah madu, itu pun setelah saya tanyakan via chat personal dengan mimin LINE account Kefir Spanyol.
Hmm, awalnya saya agak heran kenapa di infonya madu nggak ditulis, tapi ya sudah nggak saya tanyakan lagi. Pas banget malamnya, owner kefir Spanyol live di Instagram dan begitu ada yang menanyakan ingredients lengkapnya, ini jawaban sang owner:
"Iya, ada tambahan bahan-bahan lainnya selain kefir, susu kambing, olive oil, dan madu, tapi tenang aja semua bahannya natural kok jadi nggak akan bahaya buat kulit."
The thing is, baik bahan natural maupun bahan "kimia" sama-sama bisa bikin iritasi di kulit. Ini persis seperti yang di-point out oleh Kak Affi, bahwa sebagian besar penjual kefir nggak pernah menuliskan ingredients-nya secara lengkap. Kita sebagai pengguna tentu harus tahu apa yang produk yang dipakaikan ke muka, karena sebagai customer pun kita butuh edukasi. Saya jadi nggak bisa pinpoint kira-kira ingredient apa yang memicu reaksi seperti ini di kulit karena nggak tahu list lengkapnya.Stop Kefir
Setelah malam keempat dan masih juga jerawat bermunculan, akhirnya saya memutuskan untuk stop pakai masker kefir. Yup, saya nggak nyelesein paket seminggunya. Yang saya alami ini bisa aja proses purging, tetapi kalaupun ini purging, efeknya terlalu ekstrim buat saya. Saya pernah merasakan purging dan jerawat purging saya biasanya nggak pernah lebih parah dari jerawat yang sudah ada. Kalau dalam kurun waktu tiga-empat hari aja jerawat yang keluar bisa sebegini parahnya, saya nggak mau ambil risiko lebih jauh karena dari dalam hati pun udah nggak nyaman dengan fakta bahwa saya nggak tahu masker ini ingredients lengkapnya apa saja.
Untuk meredakan jerawatnya, saya benar-benar puasa skincare dan untungnya jerawat yang bengkak-bengkak bisa berkurang radangnya setelah lima hari. Di foto before-after di atas bisa dilihat bekas jerawat yang masih ada pun jadi nggak memerah, walaupun memang belum hilang sepenuhnya.
Kesimpulan
Satu hal yang saya tahu pasti adalah kulit saya ternyata sangat reaktif terhadap masker kefir. Apakah akhirnya akan jadi mulus kalau aja saya lanjut pemakaian, that I don't know. Yang jelas, selama masih ada cara di mana saya nggak harus "ancur-ancuran" dulu sebelum akhirnya sembuh, saya pilih cara yang lebih gentle dulu deh :) Mungkin saya nggak akan mencoba masker kefir dulu untuk sementara, tapi saya sangat open untuk denger cerita kamu yang sukses (atau tidak) dengan masker kefir! Silakan share di comments ya!
The post (Fail) FD Experiment: Makin Jerawatan Karena Masker Kefir appeared first on Female Daily.